Selasa, 22 Desember 2009

KITAB UMAT MANUSIA


KITAB UMAT MANUSIA

Allah SWT penguasa alam semesta yang tunggal, sudah tentu, petunjuk-Nya di berlakukan untuk seluruh manusia di seluruh penjuru alam ini, termasuk jin. Sebagai hudan lannas Al- Qur'an menjadi milik seluruh manusia untuk dimanfaatkan sebagai kurikulum kehidupan. Sementara persepsi masyarakat dewasa ini menimbulkan kesan seakan-akan Al-Qur'an itu milik umat islam saja, padahal sesungguhnya miik umat manusia. Sipa saja boleh mengkaji Al-Qur'an, terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan sangat tidak mustahil bahwa al-Qur'an sekarang sedang di kaji oleh nonmuslim untuk kepentingan ilmu pengetahuandan teknologi ruang angkasa. Sebab, ternyata formula al-Qur'an merupakan paradigma dan premis iptek modern yang di pakai mereka sekarang untuk mencari kemungkinan untuk membangun "real estate" di ruang angkasa, atau di dasar laut sebagai jalan keluar atas perkembangan manusia yang tidak terhingga. Sementara itu umat islam masih tertatih-tatih menafsirkan al-Qur'an yang dititikberatkan pada segi linguistik, untuk membedakan mana fi'il, mana fa'il, mana isim, dan mana harf. Yang tersentuh bukan masalahnya melainkan bahasanya sehingga untuk menafsikan al-Qur'an diharuskan belajar ilmu nahwu-sharaf bertahun-tahun. Belum lagi ilmu bantu lain, seperti ilmu ma'ani, bayan, balaghah, dan ynag lain guna mangkaji al-Qur'an secara kauniyah. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi makin melesat ke atas untuk membuktikan hasil penciptaan Penguasa langit dan bumi yang meupakan spiral kehidupan yang begitu unik, penuh dengan fenomena-fenomena Ilahiyah. Mangapa kita tidak mampu menangkap fenomena alam ini? Mengapa tidak ada usaha yang kuat untuk menjangkau hal itu ? sehingga, begitu masyarakat nonmuslim berhasil menggalinya, islam buru-buru memberikan justifikasi bahwa itu sudah lama ada dalam al-Qur'an sejak 14 aba yang lalu.
Karena al-Qur'an dan alam semesta berasal dari Yang Maha Satu, dengan demikian tidak mungkin ada keraguan sedikit pun terhadap al-Qur'an yang menjelaskan fenomena-fenomena kauniyah. Ternyata masyarakat nonmuslim lebih mengenal isi al-Qur'an daripada umat islam sendiri yang melek huruf. Sehingga begitu al-Qur'an disenggol atau tersenggol sedikit saja, umat islam lalu tersinggung dan kemudian membela mati-matian. Padahal pembelaan itu bersifat fisik, karena barang kali ada orang yang tidak sopan dan usil memegang naskah al-Qur'an yang berwujud disket atau kertas dan tinta, tanpa bersuci. Pembelaan umat islam semacam itu baru sebatas persepsinya tentang al-Qur'an yakni Cuma sebatas benuk naskah bukan isinya. Sehingga ketika al-Qur'an di putarbalikan menjadi kapitalis, komunis, sekularis, zionis , dan iblis dalam bentuk konsep-konsep yang berselubung dalam sistem pendidikan, ekonomi, sosial, politik, hukum, seni, dan dimensi kehidupan lain, ternyata umat islam tidak mampu melihat kejahatan itu, kemudian mambelanya. Karena masyrakat muslim tidak pernah menyentuh isi al-Qur'an dalam artian memahaminya, sehingga tidak tahu caranya bagaimana menyelamatkan dirinya dari serbuan dahsyat yang membantai habis-habisan aqidah, syariah dan akhlak. Hal itu bukan saja terjadi di negara-nagara barat, melainkan juga di beberapa negara yang penduduknya mayorias muslim.
Dewasa ini al-Qur'an mulai ditafsirkan oleh orang-orang yang bukan muslim, terutama yang manyangkut iptek. Al-Qur'an akan menjadi milik masyarakat dunia karena ternyata kitab ini mampu memberikan jawaban revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, al-Qur'an hendaknya tidak sekadar di yakini kebenaranya tetapi juga diuji coba untuk mengembangkan isyarat-isyaratnya tentang alam semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar