Kamis, 29 Oktober 2009
HADITS KE-DUA
Lebih aman saat online.
Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
Rabu, 28 Oktober 2009
Rahmat dan Azab
Rahmat dan Azab
Adalah sudah menjadi keyakinan setiap orang beriman bahwa meskipun rahmat dan azab bersumber dan berasal dari Allah SWT, dan hanya Dia Yang Maha Mengetahui kapan turunnya kepada seseorang atau pada suatu bangsa, namun kedua hal tersebut sesungguhnya diundang oleh perilaku manusia sendiri. Allah SWT adalah Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mustahil berlaku zalim kepada manusia dan makhluk lainnya. Rahmat dan ampunan-Nya lebih luas dari azab dan murka-Nya. Allah SWT berfirman, ''... dan tidaklah Allah berlaku zalim kepada manusia, tetapi manusialah yang berlaku zalim pada dirinya.'' (Ar-Ruum: 9).
Keimanan dan ketakwaan yang diimplementasikan dalam kesalehan individual dan kesalehan sosial akan menjadi penyebab utama turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Sebaliknya, kekufuran, kemusyrikan, kemaksiatan, serta pendustaan kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia, akan menyebabkan turunnya azab dan malapetaka. Perhatikan Firman-Nya (Al-A'raaf: 96), ''Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.''
Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Mas'ud dan Ibn 'Assakir, Rasulullah SAW menyatakan bahwa sumber malapetaka dan azab itu ada tiga, yaitu takabur (sombong), hasad (iri dan dengki), dan tamak (rakus). Ketakaburan dan kesombongan menyebabkan seseorang atau suatu bangsa tidak akan pernah menyadari segala kekeliruan, kesalahan, dan kekurangan. Mereka tidak akan pernah mau mengambil pelajaran dan nasihat dari berbagai macam fenomena yang terjadi, baik fenomena sosial maupun alam. Hatinya telah tertutup oleh kekotoran dan keangkuhan. Karena itu, nasihat tidak akan pernah mau diterimanya.
Hasad atau iri akan menyebabkan kedengkian dan permusuhan kepada orang lain yang mendapatkan berbagai macam anugerah dari Allah SWT. Segala macam cara akan dipergunakan untuk menghambatnya. Sifat ini akan menyebabkan apriori terhadap orang lain yang memiliki berbagai macam kelebihan. Maka, akan muncullah dendam dan permusuhan yang relatif abadi.
Sedangkan rakus dan tamak akan menumbuhkan sikap egoistis, pragmatis, dan materialis. Jika sifat ini menimpa seseorang atau suatu bangsa, maka ia akan menjadi budak dari kehidupan dunia yang sifatnya sesaat, seperti materi, kedudukan, jabatan, dan kekuasaan. Semua cara akan dihalalkan untuk meraihnya.
Jika semua hal tersebut terjadi pada sebagian besar masyarakat dan bangsa kita, apalagi bila menghinggapi para pemimpin yang mendapatkan amanah jabatan publik, maka sama dengan mengundang turunnya azab Allah. Rahmat, karunia, dan keberkahan hidup akan semakin jauh dan semakin sulit untuk diraih dan dijangkau. Karena itu, mari kita tingkatkan kualitas perilaku kita semua ke arah yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih amanah, agar yang turun rahmat dan pertolongan-Nya dan bukan azab dan kemurkaan-Nya. Wallahu a'lam.(KH Didin Hafidhuddin)
republika
Kala Cinta Meranggas Aqidah
Kala Cinta Meranggas Aqidah
Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Pedih dan sedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan. Hingga, jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.
Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas sekelebat bayang. Disibaknya kegelapan, namun entah dimana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibukkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk, membuat kedukaan semakin berat, hingga menghujam akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah, lelah, tubuh pun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, mata air di telaga yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.
Cinta...
Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian cinta membuat hati dan raga terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah. Mengharapkan kakanda tercinta yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah, mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang.
Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri... dan masih sendiri.
Duhai belahan hati, entah dimana kakanda bersembunyi.
Ukhti sholehah yang dicintai Allah Ta'ala...
Cinta dan impian membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun takkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh harta itu tak ternilai harganya. Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungi halleluyah.
Cinta yang membara tak akan dapat menghapus ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman..." [Al Baqarah: 221]. Namun, ajaran junjungan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam akan pupus, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, dan tidak dalam benci tapi dalam cinta [Henry Martyn, missionaris, 1812 M].
Cinta akan membentuk sebuah keluarga samara (sakinah, mawaddah wa rahmah) karena kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselaput halleluyah, karena cinta seperti itu akan meranggas aqidah. Pernikahan dengan keyakinan yang berbeda, tak akan melahirkan ketenteraman jiwa, karena ia adalah zina.
Dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya, mengapa ayah selalu pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu ruku' dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki-lakimu bertanya, mengapa ayah tidak pergi sholat Jum'at padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bismillah tapi atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus? Juga, mengapa Tuhannya ayah ada 3 sedangkan dirimu selalu mengucapkan ahad... ahad... ahad?
Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak lagi kepada buah hatimu?
Duhai ukhti, sanggupkah engkau menahan murkanya Allah Subhanahu wa Ta'ala?
Saat jiwamu lelah bertanya dimanakah gerangan kekanda berada, kembalilah kepada Sang Pemilik Rahasia, lantunkan munajat dan do'a, mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur kepada-Nya. Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas setiap keputusan-Nya.
As'alukallahummar ridha ba'dal qadha, wa burdal 'iisyi ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa syauqon ila liqaa'ika.
Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusan-Mu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajah-Mu serta kerinduan berjumpa dengan-Mu.
Mohonkan juga kepada-Nya, agar Ia menguatkan niat dan azzam kepada lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil nan indah dalam naungan ridho-Nya.
Duhai ukhti sholehah...
Sabar... dan bertahanlah. Kalaulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia ini, yakinlah di surga ada yang setia menanti. Kuatkan hati, tegar... dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, yaitu aqidah.
Wallahua'lam bi showab.
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas sekelebat bayang. Disibaknya kegelapan, namun entah dimana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibukkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk, membuat kedukaan semakin berat, hingga menghujam akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah, lelah, tubuh pun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, mata air di telaga yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.
Cinta...
Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian cinta membuat hati dan raga terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah. Mengharapkan kakanda tercinta yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah, mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang.
Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri... dan masih sendiri.
Duhai belahan hati, entah dimana kakanda bersembunyi.
Ukhti sholehah yang dicintai Allah Ta'ala...
Cinta dan impian membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun takkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh harta itu tak ternilai harganya. Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungi halleluyah.
Cinta yang membara tak akan dapat menghapus ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman..." [Al Baqarah: 221]. Namun, ajaran junjungan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam akan pupus, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, dan tidak dalam benci tapi dalam cinta [Henry Martyn, missionaris, 1812 M].
Cinta akan membentuk sebuah keluarga samara (sakinah, mawaddah wa rahmah) karena kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselaput halleluyah, karena cinta seperti itu akan meranggas aqidah. Pernikahan dengan keyakinan yang berbeda, tak akan melahirkan ketenteraman jiwa, karena ia adalah zina.
Dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya, mengapa ayah selalu pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu ruku' dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki-lakimu bertanya, mengapa ayah tidak pergi sholat Jum'at padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bismillah tapi atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus? Juga, mengapa Tuhannya ayah ada 3 sedangkan dirimu selalu mengucapkan ahad... ahad... ahad?
Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak lagi kepada buah hatimu?
Duhai ukhti, sanggupkah engkau menahan murkanya Allah Subhanahu wa Ta'ala?
Saat jiwamu lelah bertanya dimanakah gerangan kekanda berada, kembalilah kepada Sang Pemilik Rahasia, lantunkan munajat dan do'a, mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur kepada-Nya. Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas setiap keputusan-Nya.
As'alukallahummar ridha ba'dal qadha, wa burdal 'iisyi ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa syauqon ila liqaa'ika.
Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusan-Mu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajah-Mu serta kerinduan berjumpa dengan-Mu.
Mohonkan juga kepada-Nya, agar Ia menguatkan niat dan azzam kepada lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil nan indah dalam naungan ridho-Nya.
Duhai ukhti sholehah...
Sabar... dan bertahanlah. Kalaulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia ini, yakinlah di surga ada yang setia menanti. Kuatkan hati, tegar... dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, yaitu aqidah.
Wallahua'lam bi showab.
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
www.Kafemuslimah.com
HYMNE KOMPPAQ
HYMNE KOMPPAQ
Bersama dalam satu ikatan
Bersua demi satu tujuan
Melantuntkan ayat-ayat al-Qur'an
Menggema di seluruh alam
Hanya ridha ikhlas dan ketulusan
Sebagai bekal kekuatan
Menempuh waktu melintas zaman
Mengarungi segala rintangan
REFF:
Derap langkah dan perjuangan kami
dalam menunaikan tugas-tugas nan suci
sebagai khalifah yang sejati memakmurkan agama illahi
do'akanlah ibu restuilah kami mencari harapan masa depan
Mengemban amanah Illahi Rabbi
Bahagia selamanya
Marilah kawan kita bangun kekuatan Rapatkan barisan
Satukan persaudaraan bersama keluarga mahasiswa
Penghafal dan pengkaji al-Qur'an
Bersama dalam satu ikatan
Bersua demi satu tujuan
Melantuntkan ayat-ayat al-Qur'an
Menggema di seluruh alam
Hanya ridha ikhlas dan ketulusan
Sebagai bekal kekuatan
Menempuh waktu melintas zaman
Mengarungi segala rintangan
REFF:
Derap langkah dan perjuangan kami
dalam menunaikan tugas-tugas nan suci
sebagai khalifah yang sejati memakmurkan agama illahi
do'akanlah ibu restuilah kami mencari harapan masa depan
Mengemban amanah Illahi Rabbi
Bahagia selamanya
Marilah kawan kita bangun kekuatan Rapatkan barisan
Satukan persaudaraan bersama keluarga mahasiswa
Penghafal dan pengkaji al-Qur'an
MARS KOMPPAQ
MARS KOMPPAQ
Kami ini korps mahasiswa
Penghafal dan pengkaji al-Qur'an
Mengemban amanah Allah dan Rasul-nya
Kepada alam semesta
Siang malam kami setia
Tuk bertadarus dan muthala'ah
Demi menggapai cita-cita
Menjadi ulama yang sarjana
REFF:
al-Qur'an wahyu illahi
Sbagai rahmat seluruh alam
Tuk pedoman umat manusia
Bersama hidup nan islami
Kami semua warga KOMPPAQ
Bertekad jalin persaudaraan
Sbagai bukti pengamalan
Para hufadz yang berbakti
Kami ini korps mahasiswa
Penghafal dan pengkaji al-Qur'an
Mengemban amanah Allah dan Rasul-nya
Kepada alam semesta
Siang malam kami setia
Tuk bertadarus dan muthala'ah
Demi menggapai cita-cita
Menjadi ulama yang sarjana
REFF:
al-Qur'an wahyu illahi
Sbagai rahmat seluruh alam
Tuk pedoman umat manusia
Bersama hidup nan islami
Kami semua warga KOMPPAQ
Bertekad jalin persaudaraan
Sbagai bukti pengamalan
Para hufadz yang berbakti
Langganan:
Postingan (Atom)